Minggu, 30 Agustus 2009

Ramadhan Sebagai Training Center

Jika kita perhatikan ayat Al-Qur'an yang menjelaskan perintah Alah SWT. kepada orang yang beriman untuk berpuasa dalam bulan Ramadhan, maka tujuan utama puasa adalah membentuk manusia yang bertakwa. (QS. 2;183).


Perintah ini hanya ditujukan bagi orang yang beriman saja, karena beriman adalah tingkat terendah dalam proses keagamaan. Maka untuk menuju ke tingkat yang lebih tinggi manusia diperintahkan untuk berpuasa. Mengapa berpuasa yang hanya satu bulan itu? Tidakkah shalat lima kali sehari cukup untuk menjadikan seseorang untuk menuju derajat takwa? Bukankah kita sudah sangat sering "bertemu" dengan Allah dalam shalat itu? Jika demikian halnya, berarti ada "sesuatu" yang besar terkandung dalam ibadah puasa. Namun sebagian besar manusia tidak mengetahuinya (QS. 2;184).

Kalau kita baca di beberapa media akhir-akhir ini, banyak sekali bermunculan model training, baik yang melalui terapi shalat, dzikir, senam, maupun dengan menggunakan kecanggihan teknologi seperti kamera aura yang tujuannya untuk mendeteksi kekhusyu'an seseorang dalam beribadah. Menurut para trainer bahkan pada bulan Ramadhan seperti ini mereka mengaku kebanjiran order.

Tidak ada yang salah dalam training itu, bahkan mungkin lebih baik. Beberapa peserta merasa lebih khusyu' dalam menjalankan ibadahnya dan lebih mengetahui jati dirinya setelah mengikuti training. Baiklah, jika training-training itu dianggap menjadi salah satu jalan alternatif. Tapi kemudian butuh berapa kali training jika seluruh umat Islam di Indonesia yang jumlahnya jutaan mengikuti program training? Butuh waktu berapa lama? Belum lagi berapa jumlah umat Islam yang mampu ikut? Beberapa training bahkan mematok sekian juta bagi pesertanya. Meskipun juga ada beberapa yang mengadakan training dengan cuma-cuma.

Ramadhan adalah sebuah "mega training" yang "trainernya" tidak tanggung-tanggung, Sang pencipta seluruh jagad raya dan seisinya, Allah SWT. "Puasa itu untuk-Ku, Aku yang akan memberi balasannya", firman Allah dalam sebuah hadits qudsi. Yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana pengaruh "training" puasa yang telah kita kerjakan selama ini? Jika kita menengok kembali ayat perintah puasa yang tujuannya untuk menuju manusia yang bertakwa, lagi-lagi kita akan teringat sebuah hadits Nabi bahwa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga.

Mengetahui Kadar Diri
"Perang yang paling besar adalah perang melawan hawa nafsu". Demikian inti dari sebuah hadits Nabi. Banyak diantara kita ketika masih kecil (mungkin juga sampai dewasa sekarang?), ketika disuruh oleh orang tua untuk berpuasa, di siang harinya sudah menyiapkan aneka makanan dan minuman untuk berbuka puasa dalam jumlah yang berlebih. Seolah-olah semua akan dilahapnya. Meskipun toh Allah sudah menciptakan manusia sesuai dengan kadarnya. Tidak semua makanan dan minuman itu dapat kita habiskan semua. Kalaupun dipaksakan akan menimbulkan madarat bagi tubuh kita.

Ya, dimulai dari kejujuran untuk mengetahui dan memahami kadar diri adalah salah satu dari sekian banyak hikmah puasa. Sungguh beruntung bagi manusia yang mengetahui kadar dirinya sendiri.

Banyak diantara kita puasanya seperti anak yang masih kecil, ketika masih dalam bulan Ramadhan kita kuat (atau dikuat-kuatkan?) untuk tidak korupsi, menutup aurat rapat-rapat, mengadakan acara buka dan sahur bersama para dhuafa', atau membagi-bagi zakat mal dan zakat fitrah untuk para fakir miskin. Namun begitu bulan puasa berakhir kita kembali tenggelam dalam euforia merasa telah meraih kemenangan. Kemudian setelah itu mengulangi perbuatan korupsi, membuka aurat lebar-lebar, mengambil hak-hak rakyat dengan berbagai dalih. Membiarkan kemiskinan dan kelaparan merajalela yang –jangan-jangan- nantinya akan kita eksploitasi di bulan Ramadhan yang akan datang agar kita merasa sudah shalih atau supaya dianggap shalih. Perut kita puasa, tubuh kita puasa, namun sebenarnya hati kita belum.

Korupsi adalah bentuk kerakusan manusia akibat tidak memahami kadar dirinya sendiri. Gaji yang diterima belum dirasa cukup sehingga ia harus mencari "tambahan" lain dengan cara yang tidak halal. Begitulah nafsu setan, akan selalu mengajak manusia mengerjakan kejelekan. Sudah mendapat sembilan ingin sepuluh, sudah mendapat sepuluh ingin sebelas, demikian seterusnya tidak akan ada habisnya.

1 Syawal Akhir Training?
Sepertinya sudah menjadi tradisi bahkan budaya, begitu bulan Ramadhan berakhir saling berkirim SMS, email, kartu ucapan selamat, atau parcel lebaran dengan ucapan penuh kegembiraan "selamat telah meraih hari kemenangan". Kemenangan yang mana? Benarkah kita sudah menang? Okelah, kalau kita sudah menang, berapa lama kemenangan itu bertahan? Coba kita bandingkan dengan para shahabat Nabi. Mereka sebelum Ramadhan begitu merindukan akan datangnya bulan yang penuh berkah itu, marhaban ya Ramadhan... marhaban ya Ramadhan... dengan senyum penuh kebahagiaan menyambut kedatangannya. Dan menangis sedih berurai air mata, merasa sangat kehilangan ketika bulan Ramadhan akan berakhir, mereka takut tidak akan bertemu dengan Ramadhan yang akan datang.

Sebagaimana sering diucapkan para trainer di akhir sebuah pelatihan, bahwa pelatihan yang telah mereka lakukan selama beberapa hari bukanlah pelatihan yang sesungguhnya. Pelatihan yang sesungguhnya adalah begitu mereka keluar dari ruang pelatihan, hidup dalam realita yang nyata.

Kita lihat sekarang ini hampir semua aspek, media elektronik maupun cetak, perkantoran, rumah makan, sekolah, terminal, sampai tempat dugem dan lain-lainnya turut serta berlomba-lomba ikut mendukung suasana yang lebih "kondusif" bagi umat Islam untuk berpuasa. Bahkan Allah pun, sampai-sampai ikut mem-back up dengan membelenggu para setan agar tidak bisa mengganggu umat Islam yang berpuasa, sehingga wajar puasa kita terasa lebih menjadi ringan.

Suasana yang berbeda dengan ketika bulan Ramadhan telah berakhir, maka di situlah training kita yang sebenarnya baru dimulai, televisi akan menayangkan kembali program-programnya yang menonjolkan kekerasan, budaya konsumtif, eksploitasi seksual, sinetron yang mengajarkan kemewahan dan kebahagaiaan fatamorgana dan lain-lain. Tempat dugem yang selama Ramadhan ditutup akan dibuka kembali. Dan para setan dilepaskan kembali ikatannya oleh Allah. Akankah kita bisa meraih kemenangan?

Umat Islam yang menjalankan ibadah puasanya dengan penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridla-Nya, tetap mempertahankan nilai-nilai puasanya sepanjang tahun sampai Ramadhan berikutnya, dan demikian seterusnya. Merekalah yang meraih kemenangan. Kembali fitri, fitrah manusia sebagai makhluk berakal yang berjiwa individual dan sosial serta spiritual. Akankah kita menjadi bangsa yang tetap merasa menang dalam hegemoni penjajahan nafsu setan?

sumber : www.pesantren.tebuireng.net

baca kelanjutanya - Ramadhan Sebagai Training Center

UU BHP Bentuk Pengalihan Tanggung Jawab Pemerintah Pada Pendidikan

Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP) yang disahkan DPR pada 17 Desember 2008 lalu, berpotensi menambah persoalan baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pasalnya UU tersebut berimplikasi pada lepasnya tanggung jawab negara terhadap pendidikan.

Menurut Amroni, Ketua Pengurus Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jombang, UU BHP bisa menjadi landasan bagi pemerintah untuk melepaskan diri dari tanggung jawabnya terhadap pembiayaan pendidikan. Sebagaimana diatur dalam UU tersebut, lembaga pendidikan yang berstatus Badan Hukum Pendidikan (BHP) harus menanggung seluruh biaya operasional sendiri tanpa subsidi dari negara.

“Dalam hemat saya, UU BHP ini dibuat hanya untuk mengalihkan tanggung jawab pemerintah dari besarnya biaya pendidikan,” kata Amroni, dalam diskusi pendidikan di radio (komunitas) Suara Warga Jombang, Jum’at (5/5) malam. Dilaporkan Kontributor NU Online, Yusuf Suharto.

Ditambahkan, dengan berlakunya UU No 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, potensi meningkatnya biaya pendidikan yang harus ditanggung orang tua dan peserta didik cukup terbuka. Sebab, dalam pasal 41 ayat 7 disebutkan bahwa peserta didik yang ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan harus menanggung biaya tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik, orang tua atau pihak yang bertanggung jawab membiayainya.

Belum lagi, UU BHP juga mengatur pembatasan kuota bagi pelajar berprestasi yang berhak memperoleh beasiswa pendidikan, yakni sebesar 20 persen dari total jumlah peserta didik pada sebuah lembaga pendidikan yang berstatus badan hukum.

“Pemerintah memang tidak melepas (tanggung jawabnya) langsung, namun bantuan yang diberikan hanya untuk kuota 20 persen, di luar kuota itu pemerintah tidak bertanggung jawab atas pendidikan rakyatnya,” sesal alumnus Universitas Darul Ulum Jombang itu.

Direktur Lingkar Indonesia untuk Keadilan (Link), Aan Anshory, menilai terbitnya UU BHP hanya sebagai pengalihan tanggung jawab pemerintah terhadap pendidikan. Menurutnya, jika UU tersebut tidak segera dicabut, maka pemerintah telah melanggar UU 45 ayat 31 tentang jaminan pendidikan dan penghidupan yang layak bagi warga negara Indonesia.

“Memang benar UU BHP hanya pelepasan tanggung jawab pemerintah yang tidak mau repot dengan pembiayaan pendidikan rakyatnya. Justru pemerintah itu sudah melanggar UU 45 yang dibuat sendiri tentang jaminan pendidikan dan penghidupan yang layak bagi warga Negara Indonesia,” kata Aan, mengamini pernyataan beberapa kalangan yang kontra terhadap UU BHP. (rif)
sumber : WWW.NU.OR.ID
baca kelanjutanya - UU BHP Bentuk Pengalihan Tanggung Jawab Pemerintah Pada Pendidikan

Minggu, 16 Agustus 2009

Budaya Baca dan Budaya Tulis

gussolahdalam

Membaca adalah sesuatu yang amat penting. Ayat pertama yang diturunkan kepada Rasulullah SAW dimulai dengan perintah membaca. Orang yang berhasil di dalam kehidupan adalah orang yang rajin membaca, baik tulisan (buku, majalah, koran, dll.) atau membaca fakta kehidupan. Apa yang kita baca itu memberi kita pengetahuan yang akan membantu menghadapi sekian banyak masalah yang kita hadapi. Bacaan yang tepat juga akan bisa memperluas jiwa dan perasaan serta membantuk pribadi dan karakter.

Bangsa Indonesia termasuk bangsa yang tidak suka membaca. Siswa dan juga mahasiswa kita tidak mempunyai budaya baca yang tinggi, diikuti dengan tidak adanya budaya tulis, budaya kita adalah budaya verbal (budaya ucapan). Budaa ucapan yang baik tentu mengandung manfaat, tetapi terbatas lingkupnya.
Survey budaya hidup dilakukan oleh FE Univesitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta dengan sampel 300 mahasiswa dari 7 universitas swasta di Yogya. Hasilnya, biaya hidup mahasiswa di Yogya sekitar 1,6 juta/bulan. Dari jumlah itu, 31% untuk biaya makan dan minum, 17% untuk pondokan, untuk pulsa 7% dan untuk membeli buku 3%.

Tidak dijelaskan berapa persen dari biaya hidup itu untuk pakaian dan perawatan tubuh (shampo dll). Diduga biaya itu menyamai untuk pulsa. Kita belum bisa memastikan apakah betul mahasiswa lebih mengutamakan kulit (pakaian, shampo dll) daripada isi (buku, koran, dan majalah bermutu), walaupun kecenderungannya besar. Perlu diadakan survey nasional yang lebuh rinci.

Di negara maju, banyak sekali orang yang membawa buku kalau bepergian dengan KA, bus, atau pesawat terbang, untuk dibaca kalau harus menunggu. Pemandangan seperti iti tidak banyak kita jumpai di sini. Jumlah judul buku baru yang kita terbutkan per tahun <>

Menurut UNESCO, mahasiswa di negara maju membaca delapan jam sehari, di negara berkembang termasuk Indonesia, hanya dua jam sehari. Kemajuan suatu bangsa hanya bisa tercapai, jika penduduknya banyak membaca buku yang baik.
Minat baca anak-anak dan remaja di banyak kota besar meningkat. Jumlah buku baru yang terbit per tahun meningkat. Pameran buku di kota besar ramai dikunjungi, tetapi jumlah itu secara prosentase amat kecil dibanding jumlah anak di seluruh Indonesia. Bagi anak-anak di desa, hal itu adalah kemewahan.

Mulai awal 2009 Pesantren Tebuireng mengadakan program wajib membaca sebuah buku tiap dua minggu bagi setiap siswa yang diikuti dengan kewajiban menulis ringkasan dari apa yang telah dibaca. Untuk tujuan itu, dibeli banyak sekali buku-buku fiksi yang bermutu supaya merangsang siswa untuk membaca.

Dengan menulis ringkasan buku yag telah dibaca, siswa akan terbiasa membuat laporan dan membantu siswa dalam berpikir. Juga membantu merumuskan pikiran secara tertulis. Kemampuan itu akan berguna dalam berkuliah atau bekerja.
Diharapkan akan muncul bibit-bibit penulis yang mahir di masa depan. Kita butuh banyak penulis yang mampu membuat tulisan yang baik dan mendidik bagi naskah buku maupun skenario sinetron-sinetron TV. Masa depan penulis yang baik terlihat cerah. (Baca ulasan selengkapnya di Majalah Tebuireng edisi 06/Tahun II/Januari-April 2009) email: majalahtebuireng@yahoo.co.id

baca kelanjutanya - Budaya Baca dan Budaya Tulis

Cara Islami Berkepribadian Menyenangkan

Untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan bukanlah sesuatu yang sulit, yang pasti ada banyak cara untuk memperolehnya. Namun yang terpenting adalah adanya kemauan dalam diri kita untuk memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sebab dengan memiliki kepribadian ini bukan hanya dapat mempengaruhi kesehatan jasmani dan ruhani orang yang memilikinya, akan tetapi ia juga akan mendapatkan orang lain merasa nyaman berada di sisinya. Maka dari itu, memiliki kepribadian yang menyenangkan bukan saja harus dimiliki oleh seorang dai yang setiap hari tugasnya adalah menyampaikan risalah dakwah kepada masyarakat, namun juga oleh siapapun, dan pada profesi apapun. Sebab hakekatnya manusia di manapun sama, ia akan tertarik kepada sesuatu yang ia lihat menyenangkan, dan akan lari dari sesuatu yang terlihat menjengkelkan. Betapa senangnya hati kita, ketika kita mendapatkan banyak orang yang menghargai kita, menghormati kita, memperdulikan kita, namun bukan karena ada apa-apanya, tetapi semata-mata karena memang kita memiliki kepribadian yang menyenangkan. Sungguh sangat sengsara seseorang yang selalu mendapatkan pujian orang banyak, sanjungan, perhatian, penghargaan, dan lain-lain, hanya karena orang-orang tersebut takut akan ketidakstabilan emosinya yang kemungkinan bakal mengancam masa depan hidupnya. Percayalah bahwa semua hal yang ia dapatkan berupa sanjungan itu hanyalah semu belaka dan tidak akan bertahan lama. Hal ini karena pujian itu tidak keluar dari dalam hati yang paling dalam, karena ia muncul bersamaan dengan adanya kepribadian yang tidak menyenangkan.
Dalam kesempatan ini, akan saya sampaikan bagaimana cara islami memiliki kepribadian yang menyenangkan, semoga dapat merubah hidup kita menjadi lebih dicintai oleh manusia semata-mata karena mereka merasa nyaman berada di sisi kita.

1. Memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain.
Salah satu sifat seorang muslim yang berjiwa besar adalah, dalam dirinya selalu tersimpan rasa ingin selalu berkhidmat kepada orang lain dan bukan meminta dikhidmati oleh orang lain. Karena ia merasa yakin bahwa sebanyak itu ia memberikan perhatian kepada orang, sebanyak itu pula ia akan mendapatkan perhatian dari orang lain. Orang lain tak ubahnya sebagai refleksi dari pada diri kita sendiri. Pepatah melayu mengatakan, "jika buruk wajah jangan lalu cermin yang dipecah" tetapi perbaikilah bentuk dan raut wajah, niscaya cermin itu dengan sendirinya akan mengeluarkan pantulan yang indah. Nah, salah satu yang dapat memantulkan bayangan indah dari cermin orang lain itu adalah prilaku kita yang senantiasa ingin memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan orang lain. Tidak ada yang dapat membahagiakan hati kita, kecuali jika kita telah benar-benar membantu dan meringankan beban orang lain, tentu dengan satu keyakinan bahwa Allah Swt. akan senantiasa meridoi segala apa yang kita perbuat. Ada satu hadist Nabi yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Abu Dawud, di mana Nabi Saw bersabda, "Barangsiapa yang diserahi amanat untuk mengurus kebutuhan umat, namun ia lalai atau tidak memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan keterdesakan mereka, maka Allah swt. akan memperlakukannya sama dengan tidak akan memperdulikan kebutuhan, kepentingan dan keterdesakannya di akherat kelak".

2. Lemah lembut dan dapat mengontrol emosi
Dalam hidup ini, terkadang dalam hati kita sudah tertanam untuk tidak melakukan perbuatan buruk yang bakal merugikan orang lain, namun perbuatan buruk itu bisa jadi muncul dari orang lain. Ada saja perbuatan orang lain yang membuat kita merasa jengkel dan panas hati, boleh jadi perbuatan tersebut disengaja atau tanpa disadarinya. Seseorang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan, ia tidak lantas main hantam dan menyalahkan secara kasar. Namun yang ia lakukan adalah memberikan masukan secara bijak dan penuh kearifan. Boleh jadi dengan kearifannya ini akan membekas di hati orang yang berbuat salah kepadanya, sehingga di hari kemudian orang tadi menjadi orang yang selalu merasa takut berbuat kesalahan sekecil apapun berkat nasehat dan masukan yang arif tersebut.
Sungguh besar pahala kita jika kita mampu merubah jalan hidup orang lain hanya semata-mata sikap lemah lembut dan kemampuan kita mengontrol emosi itu. Ketimbang, jika yang kita lakukan adalah memaki dan memarahinya seolah-oleh tidak ada kata maaf dan introspeksi dalam kamus diri kita. Rosulullah Saw. adalah tauladan yang paling baik, bagaimana beliau bersikap terhadap orang 'ndeso' yang pernah menjambak selendang beliau di tengah orang banyak secara kasar, sampai-sampai akibat jambakan tersebut leher Rosulullah merah memar. Lalu orang itu dengan keras berkata, “Wahai Muhammad beriakanlah sebagian harta yang kau miliki...” Para Sahabat yang ada di sekitar nabi ingin marah, tapi sikap rasulullah ketika itu malah memberikan senyumannya kepada orang itu, lalu dengan penuh kasih sayang beliau berikan seledang yang beliau punya kepada orang tadi.

3. Mampu memberikan reward dan empatik kepada orang lain
Salah satu ciri orang yang memiliki kepribadian yang menyenangkan adalah ia mudah memberikan reward atau penghargaan berupa pujian tulus kepada orang yang telah berbuat baik sekecil apapun. Kata-kata seperti, "oh, memang betul-betul hebat kamu yah, atau, "wah, coba kalau tidak ada kamu tadi, bisa lain urusannya", dan lain-lain yang menggambarkan bahwa kita benar-benar dapat menghargai karyacipta orang lain. Coba kita bandingkan dengan ungkapan berikut, "ah, kalau itu sih siapa juga bisa", atau "yah, lumayan lah nggak jelek-jelek banget sih" dan yang semisalnya. Betapa kata-kata ini menampakkan kita belum dapat menghargai apa yang dilakukan orang lain. Coba kita lihat bagaimana Rosulullah ketika ada sesorang yang sedang bicara dengannya, maka dengan penuh khusuk beliau hadapkan badan, telinga, dan matanya untuk memperhatikan lawan bicaranya, dan tidak pernah beliau memotong pembicaraan orang tersebut, sampai ia benar-benara telah selesai dari pembicaraannya. Hal ini betapa beliau mengajarkan kepada kita untuk selalu menghargai orang lain, dan inilah caranya agar kita dapat memiliki kepribadian yang menyenangkan sehingga orang lain merasa nyaman berada di sisi kita.

4. Tidak membuang muka kepada orang yang suka maksiat
Dalam lingkungan kita terkadang ada orang yang dianggap sampah masyarakat. Kegemarannya adalah mencari keonaran dan membuat kerusuhan dalam masyarakat. Banyak orang yang dalam menghadapi orang semcam ini, malah mengucilkannya. Sampai-sampai ada kesepakatan untuk tidak melakukan hubungan dengan orang tersebut. Sebagai seorang muslim yang kuat, yang tentunya memiliki keyakinan akan adanya kebaikan dalam diri orang tersebut, kita tidak boleh lekas-lekas memutuskan hubungan dengannya. Akan tetapi kita berusaha untuk selalu mencari celah mengajaknya kembali kepada jalan yang benar. Bahkan harus kita ciptakan strategi yang membuatnya dapat luluh untuk menjauhi perbuatan-perbuatan yang tercela itu. Terkadang untuk mewujudkan hasil ini, perlu sesekali kita mengikuti dunia hitam yang orang itu geluti seperti dunia malam, hiburan, perjudian, dll…namun ada satu misi yang kita tuju, yaitu kita akan merubah jalan hidup orang tersebut sekiranya kita telah berhasil meraih hati orang tersebut.
Ada satu contoh yang menarik dari cara dakwah seorang wali songo yang ikut menggunakan wasilah musik dan kesenian daerah untuk dijadikan sarana dakwah, ia gunakan wasilah yang sama namun isi dari pertunjukan itu ia rubah menjadi nada-nada dakwah kepada jalan Allah. Berapa banyak orang yang awalnya tidak tau agama lalu menjadi tertarik dengan ajaran agama dengan cara seperti itu. Kuncinya adalah, agar kita tidak lekas memandang sebelah mata terhadap orang-orang yang kadung dianggap sebagai sampah masyarakat.

5. Tidak bersikap angkuh
Banyak orang mengira bahwa dengan bersikap angkuh akan menjadikan diri kita disegani oleh orang lain, yang betul justru sebaliknya orang akan enggan bergaul dengan kita. Dalam realitas hidup bisa jadi ada orang yang merasa minder melihat kesuksesan hidup yang diraih oleh kita misalnya, rasa minder ini lalu akan melahirkan rasa rendah diri dan kurang bersahabat dengan kita. Pada saat inilah kita perlu menunjukkan sikap rendah hati kita untuk memulai mencairkan kondisi dengan bersikap ramah dan tawadu kepada mereka. Hal ini pula yang pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw, ketika ada seseorang yang hendak menghadap kepada beliau untuk suatu keperluan, namun karena besarnya wibawa rasulullah maka orang tersebut menjadi gugup dan tidak percaya diri, dengan santun kanjeng Nabi berkata, "santai saja, Aku bukanlah Malaikat, aku hanyalah seorang anak ibu dari suku Quraisy yang juga sama-sama makan bubur nasi". Sikap tawadu inilah yang membuat suasana menjadi cair dan berjalan normal, sehingga orang lain merasa senang berada disisi kita. Lalu coba kita bedakan dengan sikap syetan yang berkata, "sesungguhnya Aku lebih mulia dari Adam, karena aku diciptakan dari api, sedang Adam dari tanah," (Q.S. Shad:76).
Demikianlah di antara cara bagaimana memiliki kepribadian yang menyenangkan, semoga dengan bekal cara ini kita dapat memperoleh target dari sebuah pergaulan hidup yaitu menyebarkan keindahan-keindahan ajaran Allah Swt, baik dengan cara lisan maupun dengan amal perbuatan. Siapa tau, banyak orang yang tertarik kepada Islam bukan hanya disebabkan keindahan ajarannya saja, namun karena ketertarikan mereka kepada perangai yang menyenangkan dari yang kita miliki itu. Amin ya Rabbal ‘Alamin.
baca kelanjutanya - Cara Islami Berkepribadian Menyenangkan
TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MAKDUM IBRAHIM
Design by Abdul Munir Visit Original Post Islamic2 Template